Rabu, 31 Maret 2010

Ringkasan syarah Hadits Arbain an-Nawawi (2)

Hadits ke 2 ( Iman, Islam dan Ihsan )

Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).

Kedudukan Hadits
Materi hadits ke-2 ini sangat penting sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai “Induk sunnah”, karena seluruh sunnah berpulang kepada hadits ini.

Islam, Iman, dan Ihsan
Dienul Islam mencakup tiga hal, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup keduanya.
Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman, dan iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Islam. Tidaklah ke-Islam-an dianggap sah kecuali jika terdapat padanya iman, karena konsekuensi dari syahadat mencakup lahir dan batin. Demikian juga iman tidak sah kecuali ada Islam (dalam batas yang minimal), karena iman adalah meliputi lahir dan batin.

Perhatian!
Para penuntut ilmu semestinya paham bahwa adakalanya bagian dari sebuah istilah agama adalah istilah itu sendiri, seperti contoh di atas.

Iman Bertambah dan Berkurang
Ahlussunnah menetapkan kaidah bahwa jika istilah Islam dan Iman disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing memiliki pegerttian sendiri-sendiri, namun jika disebutkan salah satunya saja, maka mencakup yang lainnya. Iman dikatakan dapat bertambah dan berkurang, namun tidaklah dikatakan bahwa Islam bertambah dan berkurang, padahal hakikat keduanya adalah sama. Hal ini disebabkan karena adanya tujuan untuk membedakan antara Ahlussunnah dengan Murjiáh. Murjiáh mengakui bahwa Islam (amalan lahir) bisa bertambah dan berkurang, namun mereka tidak mengakui bisa bertambah dan berkurangnya iman (amalan batin). Sementara Ahlussunnah meyakini bahwa keduanya bisa bertambah dan berkurang.

Istilah Rukun Islam dan Rukun Iman
Istilah “Rukun” pada dasarnya merupakan hasil ijtihad para ulama untuk memudahkan memahami dien. Rukun berarti bagian sesuatu yang menjadi syarat terjadinya sesuatu tersebut, jika rukun tidak ada maka sesuatu tersebut tidak terjadi.Istilah rukun seperti ini bisa diterapkan untuk Rukun Iman, artinya jika salah satu dari Rukun Iman tidak ada, maka imanpun tidak ada. Adapun pada Rukun Islam maka istilah rukun ini tidak berlaku secara mutlak, artinya meskipun salah satu Rukun Islam tidak ada, masih memungkinkan Islam masih tetap ada.

Demikianlah semestinya kita memahami dien ini dengan istilah-istilah yang dibuat oleh para ulama, namun istilah-istilah tersebut tidak boleh sebagai hakim karena tetap harus merujuk kepada ketentuan dien, sehingga jika ada ketidaksesuaian antara istilah buatan ulama dengan ketentuan dien, ketentuan dien lah yang dimenangkan.

Batasan Minimal Sahnya Keimanan

1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah sah jika beriman kepada Rububiyyah-Nya, uluhiyyah-Nya, dan asma’ dan sifat-Nya.

2. Iman kepada Malaikat.
Iman kepada Malaikat sah jika beriman bahwa Allah menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba yang senantiasa taat dan diantara mereka ada yang diperintah untuk mengantar wahyu.

3. Iman kepada Kitab-kitab.
Iman kepada kitab-kitab sah jika beriman bahwa Allah telah menurunkan kitab yang merupakan kalam-Nya kepada sebagian hambanya yang berkedudukan sebagai rasul. Diantara kitab Allah adalah Al-Qurán.

4. Iman kepada Para Rasul.
Iman kepada para rasul sah jika beriman bahwa Allah mengutus kepada manusia sebagian hambanya mereka mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada manusia, dan pengutusan rasul telah ditutup dengan diutusnya Muhammad shallallaahu álaihi wa sallam.

5. Iman kepada Hari Akhir.
Iman kepada Hari Akhir sah jika beriman bahwa Allah membuat sebuah masa sebagai tempat untuk menghisab manusia, mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-Nya untuk mendapatkan balasan kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, yang baik (mukmin) masuk surga dan yang buruk (kafir) masuk neraka. Ini terjadi di hari akhir tersebut.

6. Iman kepada Taqdir.
Iman kepada taqdir sah jika beriman bahwa Allah telah mengilmui segala sesuatu sebelum terjadinya kemudian Dia menentukan dengan kehendaknya semua yang akan terjadi setelah itu Allah menciptakan segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya.

Demikianlah syarat keimanan yang sah, sehingga dengan itu semua seorang berhak untuk dikatakan mukmin. Adapun selebihnya maka tingkat keimanan seseorang berbeda-beda sesuai dengan banyak dan sedikitnya kewajiban yang dia tunaikan terkait dengan hatinya, lesannya, dan anggota badannya.

Taqdir Buruk
Buruknya taqdir ditinjau dari sisi makhluk. Adapun ditinjau dari pencipta taqdir, maka semuanya baik.

Makna Ihsan
Sebuah amal dikatakan hasan cukup jika diniati ikhlas karena Allah, adapun selebihnya adalah kesempurnaan ihsan. Kesempurnaan ihsan meliputi 2 keadaan:

1. Maqom Muraqobah yaitu senantiasa merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktifitasnya, kedudukan yang lebih tinggi lagi.

2. Maqom Musyahadah yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.


Rabu, 24 Maret 2010

Ringkasan Syarah Hadits Arbain An-Nawawi (1)

Hadits Ke-1 (IKHLAS)

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[1]

Kedudukan Hadits
Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Setiap Amal Tergantung Niatnya
Diterima atau tidaknya dan sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan maupun keyakinan hati.

Fungsi Niat
Niat memiliki 2 fungsi:
1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.

Pengaruh Niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal:

1. Niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.

2. Niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.
Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut:

a. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.

b. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan:
- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.

c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal.

Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampur niat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.

Hijrah
Makna hijrah secara syariát adalah meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah artinya mencari sesuatu yang ada disisi-Nya, dan demi Rasul-Nya artinya ittiba’ dan senang terhadap tuntunan Rasul-Nya.

Bentuk-bentuk Hijrah:
1. Meninggalkan negeri syirik menuju negeri tauhid.
2. meninggalkan negeri bidáh menuju negeri sunnah.
3. Meninggalkan negeri penuh maksiat menuju negeri yang sedikit kemaksiatan.


Kamis, 18 Maret 2010

NASEHAT IMAM AL-GHAZALI

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "Masa Lalu". Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "Meninggalkan Sholat". Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "Lidah Manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Sumber : http://www.tarbiyah.net/nasihat-ulama/11-nasehat-imam-al-ghozali

Poligami, Berkah atau Musibah?

Isu poligami selalu memicu reaksi keras dan menjadi isu meresahkan terutama di kalangan perempuan. Padahal diantara kita masih banyak yang bingung ketika dimintai tanggapan tentang gagasan poligami. Sebagian besar orang masih memandang keluarga poligami dengan stigma negatif, meski keluarga poligami itu adalah contoh keluarga poligami yang baik.
Keluarga dari perkawinan poligami sampai detik ini masih identik dengan stereotipe bahwa keluarga semacam itu tidak akan bisa hidup rukun, miskin dan tidak berpendidikan. Mereka yang mendukung poligami bakal dicap sebagai orang yang mau enak sendiri, tidak berpendidikan, tidak beradab sehingga muncul keprihatinan bahwa kemungkinan ada pemahaman yang kurang benar dari kalangan yang pro dan kontra terhadap isu yang sensitif ini.

Akibatnya, banyak orang yang merasakan sangat sulit untuk mengakui dukungan mereka terhadap poligami atau bahkan mengakui keinginan mereka untuk memiliki isteri lagi dengan niat yang baik, karena takut dicap dengan label-label yang buruk.

Poligami seharusnya tidak menjadi momok yang menakutkan jika ada perencanaan yang konsisten dan sikap tegas untuk menolak kekuatan-kekuatan dari luar yang membawa pengaruh negatif pada kehidupan keluarga. Situasinya akan lebih baik jika tetap berpegang teguh dan mengikuti agenda yang stabil yang akan membawa jiwa dari dua individu terkait secara utuh.

Ada baiknya, kita tidak kehilangan arah untuk mengindetifikasi berbagai persoalan yang mungkin timbul akibat poligamim dan bahwa ada legalitas keagamaan untuk melakukan poligami dan di sisi lain ada kalangan lelaki yang sengaja menyalahgunakan hak yang diberikan ini. Beberapa persoalan yang mungkin timbul dalam kehidupan poligami;

-Ketidakpercayaan salah seorang isteri yang meyakini bahwa cinta tidak bisa dibagi-bagi.

-Rasa cemburu di antara para isteri yang kadang-kadang memicu munculnya sikap negatif terhadap anak-anak mereka.

-Kepala keluarga yang ingin poligami tapi ceroboh, tidak punya komitmen dan tanggung jawab yang kuat untuk mempertahankan keluarganya.

-Pengaruh dari luar, seperti teman dan penasehat yang berpihak akan makin memicu kesalahpahaman dalam keluarga.

Jika manusia bersikap realistis, hidup adalah serangkaian kejadian yang penuh pasang surut tapi selalu ada solusi jika terjadi tekanan-tekanan. Bagi mereka yang memilih hidup berpoligami, butuh perjuangan keras untuk membuat hidup mereka jadi mudah dan ujian kehidupan selayaknya dipandang sebagai sebuah tanggung jawab yang sangat penting.

Dengan demikian, seharusnya tidak ada alasan untuk selalu memandang negatif ide poligami. Bahkan jika kehidupan poligami itu tidak sejahtera. Karena tidak ada indikasi akurat untuk sebuah perkawinan yang sukses dan lebih jauh lagi untuk masalah keluarga yang baik-baik.

Di luar sana, banyak perkawinan tunggal yang juga bisa gagal, karena salah satu pasangan berkhianat atau akibat persoalan yang lebih serius lagi, seperti bersikap tidak jujur yang bisa menimbulkan penderitaan panjang.

Tidak adil jika mengutuk poligami tanpa terlebih dulu menilai ada apa dibalik poligami itu. Sebaliknya, mereka yang ingin berpoligami harus berpikir lebih bijak sehingga tidak merusak citra poligami dan menjadi contoh yang buruk kehidupan keluarga poligami. (ln/iol)

sumber : Eramuslim

Selasa, 16 Maret 2010

TAFSIR SURAT AL-MAIDAH : 90-91

بسم الله الرحمن الرحيم
يآايهاالذينء آمنوإانماالخمروالميسررجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلخون(90)إنمايريدالشيطان أن يوقع بينكم العداوةوالبغضاءفي الخمر والميسرويصدكم عن ذكرالله وعن الصلاة فهل أنتم منتهون(91(

تفسير هذه السورة

قال القرطوبي في تفسيره ج 3ص51:
والخمر مأخوذة من خمر, إذا ستر ومنه خمارالمرأةلأنه يستر وجهها. وكل شيء غطى شيئا فقد خمره. ومنه: خمرواآنيتكم أي: غطوها. وقيل:إنما سميت الخمر خمرا،لأنها تركت حتى أدركت كما يقال: قد اختمر العجين،أي: بلغ إدركه. وخمر الرأي ، أي ترك حتى يتبين فيه الوجه. وقيل: إنما سميت الخمر خمرا،لأنها تخا لط العقل.من المخا مرة وهي المخا لطة. ومنه قولهم: دخلت في خما رالناس-بفتح الخاء وضمها- أي: اختلط بهم.فالمعاني الثلا ثة متقاربة, فالخمرتركت حتى أدركت،ثم خالطت العقل،ثم خمرته والأصل الستر. والميسر:القمار-بكسرالقاف-وهو في الأصل مصدر ميمي من يسر كالموعد من وعد.وهو مشتق من اليسر بمعنى السهولة،لأن المال يجيء للكاسب من غير جهد،أو هو مشتق من يسر بمعنى جزأ،ثم أصبح علماعلى كل ما يتقامر عليه كالجزور ونحوه.
وقال الفضيلة الإمام الأكبر سيد طنطاوي شيخ الأزهر في التفسير الوسيط:
والمراد بالميسرمايشمل كل كسب يجيء بطريق الحظ المبني على المصادفة فاللعب بالنرد على مال يسمى قمارا،واللعب بالسطرنجع على مال يسمى قمارا وهكذا ما يشبه ذلك من الوان تمليك المال بالخاطرة وبطريق الحظ المبنى على المصادفة. وتحريم الميسير تحريم لذات الفعل. فالعمل فى ذاته حرام،والكسب عن طريقه حرام. والأنصاب جمع نصب،وتطلق على الأصنام التي كانت تنصب للعبادة لها اوعلى الحجارةالتي كانت تخصص للذبح عليها تقربا للأصنام. والأزلام جمع زلم.وهي السهام التي كانوا يتقاسمون بهاالجزورأوالبقرة إذا ذبحت. فسهم عليه واحد، وسهم اثنان وهكذا إلى عشرة.أو هي السها م التي كانوا يكتبون أحدها:أمرني ربي والآخرنهاني ربي ، ويتركون الثالث غفلا من الكتابة فإذا ارادوا سفرا أو حربا أوزواجا اوغير ذلك أتوا إلى بيت الأصنام واستقسموها ، فإن خرج أمرني ربي أقدمواعلى ما يرونه، فإن خرج نهاني ربي أمسكوا عنه، وإن خرج الغفل أجالوها حتى يخرج الأمر أوالنهي. وقد نهى الله-تعالى-في أوائل هذه السورة عن الأستقسام بالأزلام فقال (وأنتستقسموا بالأزلام ذلكم فسق)المائده الاية 3. وقوله (رجس) أي قذر تأباه النفوس الكريمة والعقول السليمة لقذراته ونجاسته.
وقال الفخر الرازي في تفسيره ج 12 ص 79: والرجس في اللغة كل ما استقذر من عمل. يقال: رجس الرجل رجسا إذا عمل عملا قبيحا.وأصله منالرجس-بفتح الراء-وهو شدة الصوة. يقال: سحاب رجاس إذا كان شديد الصوت بالرعد. فكأن الجس هو العمل الذي يكون قوي الدرجة كامل الرتبة في القبح.وقد ذكر الفضيلة الأمام الأكبر الدكتور سيد طنطاوي شيخ اللأزهر-حفظه الله –في تفسيره نقلا عن تفسير ابن جريرالطباري: وقد ذكر المفسرون في سبب نزول هذه الآية روايات منها ما أخرجه ابن جرير عن ابن عباس قال: نزل تحريم الخمر في قبيلتين من قبائل الأنصار. شربوا حتى ثملوا،فعبث بعضهم ببعض، فلما أن صحوا، جعل الرجل منهم يرى الأثر بوجهه ولحيته فيقول: فعل هذا بي أخي فلان-وكانوا إخوة ليس في قلوبهم ضغائن- والله لو كان بي رؤوفا رحيما ما فعل بي هذا، حتى وقعت في قلوبهم الضغائن فأنزل الله : (ياءيها الذين آمنوا إنما الخمر والميسر) إلى قوله تعالى:(فهل أنتم منتهون)
وذكرالفضيلة الامام الأكبر محمدسيد طنطاوي شيخ الأزهر-حفظه الله-تفسير هاتين آيتين في تفسيره ج4 ص 276 وقال: والمعنى (ياءيها الذين ءمنوا) أي إيمانا حقا.إنما تعاطى (الخمر) أي: الشراب الذي يخامر العقل ويخالطه ويمنعه من التفكير السليم (والميسر) أي القمار الذي عن طريقه يكون تمليك المال بالحظ المبني على المصادفة والمخاطرة(واللأنصاب) أي: الحجارة التي تذبح عليها الحياونات تقربا للأصنام. (والأزلام) أي: السهام التي عن طريقها يطلب الشخس معرفة ما قسم له من خيرأو شر.هذه الأنواع ألأربعة (رجس من عمل الشيطان) أي: مستقدرة تعافها النفوس الكريمة. وتأباها العقول السليمة،لأنها من تزيين الشيطان الذي هو عدو للإنسان، ولا يريد له إلا ما كان شيئا قبيحا. قال تعالى : (الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء) البقرة 268 . والفاء في قوله-تعالى-(فاجتنبوه) للإفصاح، والضمير فيه يعود على الرجس الي هو خبر عن تلك الأمور الأربعة وهي الخمر والميسروالنصاب والأزلام. أي : إذا كان تعاطى هذه الأشياء الأربعة رجسا و قذرا ينأى عنه العقلا، فاجتنبوه لعلكم بسبب هذا الإجتناب والترك لذلك الجس تنالون الفلاح والظفر في دنياكم وآخرتكم. والنداء بقوله-تعالى-(ياءايها الذين آمنوا) عام لجميع المؤمنين، وقد نادهم-سبحانه-بهذه الصيغة لتحريك حرارة العقيدة في قلوبهم حتى يستجيبوا لما نودوا من أجله، وهو اجتناب تلك الرذائل وتركها تركا تاما. وقوله (رجس) خبر عن هذه الرذائل الأربعة. وصح الإخباربه-مع أنه مفرد-عن متعدد هو هذه الأربعة،لأنه مصدر يستوى فيه القليل والكثيروشبيه بذلك قوله-تعالى-(إنما المشركون نجس). و قيل: لأنه خبرعن الخمر، و خبرالمعطوفات عليها محوف ثقة بالمذكور. وقيل: لأن الكلام مضافا إلى تلك الأشاء، وهو خبر عنه. أي: إنماشأن هذه الأشياء أو تعاطيها رجس. وقوله : ( من عمل الشيطان في محل رفع على أنه صفة لقوله تعالى : ( رجس ) أي رجس كائن من عمل الشيطان لأنه ناجم عن تزيينه وتسويله إذ هو خبيث والخبيث لا يدعو إلا إلى الخبيث فالمراد من إضافة العمل إلى الشيطان المبالغة في كمال قبح ذلك العمل.وعبر بقوله : ( فاجتنبوه ) للمبالغة في الأمر بترك هذه الرذائل فكأنه سبحانه وتعالى يقول : لا أمركم فقط بترك الرذائل بل أمركم أيضا بان تكونو أنتم في جانب وهذه المنكرات في جانب أخر. فالامر هنا منصب على الترك وعلى كل ما يؤذي إلى اقتراف هذه المنكرات كمخالطة المرتكبين لها. وغيشيان مجالسها ثم أكد سبحانه تحريم الخمر والميسر ببيان مفاسدهما الدنياوية والدينية فقال تعالى : ( إنما يريد الشيطان أن يوقع بينكم العداوت والبغضاء في الخممر والميسر ويصدكم عن ذكر الله وعن الصلوة فهل أنتم منتهون ) أي ( إنما يريد الشيطان ) بتزيينه المنكرات لكم ( أي يوقع بينكم العداوت والبغضاء ) بان يقطع ما بينكم كم صلات ويثير في نفوسكم الأحقاد والضغائن بسبب تعاطيكم للخمر والميسر, وذلك لأن شارب الخمر غذا ما استولت الخمر على عقله أزالت رشده وأفقدته وعيه وتجعله قد يسيئ إلى من أحسن إليه ويعتدي على صديقه وجليسه وذلك يورث أشد ألوان العداوة والبغضاء بين الناس. فقوله تعالى: (إنما يريد الشيطان أن يوقع بينكمالعداوة والبغضاء في الخمروالميسر) إاشارة إلى مفاسدهما الدنيوية. أما مفاسدها الدينية فقد أشار إليها بحانه بقوله (ويصدكم عن ذكر الله وعن الصلاة). أي: ويريد الشيطان بسبب تعاطيكم للخمر والميسر أن يصدكم أي يشغلكم ويمنعكم (عن ذكر الله) أي عن طاعطه ومراقبته والتقرب إليه (وعن الصلاة) التي هي الركن الثاني من أركان الإسلام. وذلك لأن شارب الخمر يمنعه ما حل به من نشوة كاذبة،زمن فقدان لرشده عن طا عة الله و عن اداء ما أوجبه عليه من صلاة وغيرها. ولأن متعاطى الميسر بسبب استحلاله لكسب المال عن هذه الطريق الخبيث، و يسبب فقدانه للعاطفة الدينية صار لا يفكر في القيام بما أوجبه الله عليه من عبادات. ونقل-حفظه الله-عن تفسير الآلو سى ونقل حفظه الله تعالى عن الالوسي ج 7 ص 16 فقد قال : عند تفسيره الجملة الإعتراضية رحمه الله لهذه الأية : ووجه صد الشيطان لهم عن ذكر الله وعن الصلاة بسبب تعاطيهم للخمر والميسر أن الخمر لغلبة السرور والطرب على النفوس بها. والإستغراق في الملاذي الجسمنية تلهى عن ذكر الله تعالى وعن الصلاة وأن الميسر إن كان اللاعب به غالبا إن شرحت نفسه وصده حب الغلب والقهر والكسب عما ذكر وإن كان مغلوبا حصل له من الإنقباظ والقهر ما يحثه الإحتيال لأن يصير غالبا فلا يخطر في قلبه غير ذلك ولقد شاهدنا كثيرا ممن يلعب بسطرنج يجري بينهم من اللجاج والحلف الكاذب والغفلة عن ذكر الله تعالى ما ينفر منه الفيل وتقبل له الفرس ويحار لشناعته الفهم وتسود رقعة الأعمال
وقال فضيلة الإمام الأكبر في تفسيره : وجمع سبحانه الخمر والميسر مع الأنصاب والأزلام في الأية الـأولى ثم أفردهما في ذكر هذه الأية لأن الخطاب للمؤمنين والمقصود نهيهم عن الخمر والميسر وإظهار أن هذه الأربعة متقاربة في القبح والمفسدة أي أن مجيئ الأنصاب والأزلام مع الخمر والميسر إنما هو لتقبيح تعاطيهما وتأكيد حرمتهما حتى لك أن متعاطي الخمر والميسر يفعل أفعال الجاهلية وأهل الشرك بالله تعالى وكأنه كما يقول صاحب الكشاف الشيخ الزمخشري لا يمباينة بين من عبد صنما وأشرك بالله في علم الغيب وبين من شرب خمرا أو قامر. و خص الصلاة با لذكر مع أنها لون من ألوان ذكر الله، تعظيما لشأنها، كما هو الحال في كرالخاص بعد العام، وإشعارا بأن الصاد عنها كا الصاد عن الإيمان.لما أنها عمادالدين والفارق بين المسلم والكافر. والإستفهام في قوله (فهل أنتم منتهون) لإنكار استمرارهم على الخمر والميسر بعد أن بين لهم ما بين مضارهما الدنيوية و الدينية ولحضهم على ترك تعا طيهما فورا. أي انتهوا سريعاعنهما فقد بينت لكم ما يدعو إلى ذلك.

BISMILLAHIRROHMANIROOHIM

"Wahai orang2 yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi,berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah termasuk perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan maka jauhilah perbuatan2 itu agar kamu beruntung(90) Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Alloh dan melaksanakan sholat maka tidakkah kamu berhenti?

Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya berkata: kata الخمر diambil dari kata خمر yang juga bermakna ستر yang berarti menutupi, dan kata خمر juga diambil dari خمارالمرأة yaitu penutup kepala wanita di namakan khumar karena khumar menutupi wajah wanita. maka segala sesuatu yang menutupi sesuatu yang lain juga bisa dikatakan khamr,bagian dari penggunaan kata khamr yang berarti bermakna menutupi adalah kata خمرواآنيتكم yang bermakna tutuplah bejana2 kalian,yang juga bermakna غطواها. Dikatakan juga bahwa dinamakan khamr karena sesuatu itu dibiarkan dan ditinggalkan sampai diketahui hasilnya,seperti ungkapan قد اختمرالعجين adonan itu menjadi masam atau dalam makna lain telah diketahui hasilnya.وخمر الرأي pendapat itu diabaikan atau pendapat itu diabaikan sampai jelas bukti dari pendapat tersebut. Dikatakan juga bahwa al-khamru dinamakan khamr karena khamr mencampuri akal, diambil dari kata المخامرة yang bermakna المخالطة yaitu percampuran,perkumpulan. Dan kata khamr yamh berarti bermakna campur atau kumpulan adalah ungkapan orang2 arab دخلت في خمار الناس yang artinya saya masuk ke kumpulan manusia lafadz خمارbisa dibaca dengan memfathah huruf kho dan mendhomahnya,yang juga bermakna اختلطت بهم yang artinya saya bergaul dengan manusia.maka 3 ungkapan tentang makna khamr adalh berdekatan 3 makna tersebut adalah ستر،ترك،تخالط . maka khamr itu ditinggalkan sampai diketahui kemudian mencampuri akal yang kemudian menutupinya yang asal dari kata السنر berarti menutup. الميسر juga bermakna القمار dengan membaca kasroh qofnya yang bermakna judi. Kata الميسر adalah bentuk kata benda (masdar)dari kata kerja يسر yang seperti الموعد diambil dari kata وعدkata يسر diambil dari kata اليسر yang berarti السهولة yang berarti kemudahan, karena harta yang datang kepada orang yang berjudi datang tanpa disertai dengan usaha. Atau diambil dari kataجزأmembagi, kemudian menjadi isim alam atas tiap2 sesuatu yang dipertaruhkan seperti binatang yang disembelih dan sejenisnya. Syaikhul azhar Fadhilatud duktur Sayid tontowi dalm kitab tafsirnya berkata: maka makna dari kata الميسر adalah mencakup segala harta yang datang dengan jalan keberuntungan atau tak terduga maka permainan dadu dengan uang dinamakan judi, dan permainan catur dengan uang juga bisa dikatakan judi begitu juga memperoleh harta dengan cara seperti diatas seperti memperoleh harta dengan jalan taruhan atau dengan jalan keberuntungan yang tidak terduga. Dan pengharaman judi adalah pengharaman karena jenis perbuatannya,maka melaksanajannya adalah haram dan mencari harta dengan cra berjudi juga haram. Kata الأنصاب adalah jamak dari kata نصب yaitu berkurban untuk berhala atau menyembelih kurban diatas batu sebagai cara untuk mendekatkan diri pada berhala. الأزلم jamak dari زلم

( رجس ) ya'ni suatu yang emenjijikkan, yang tidak disukai hati yang mulya atau akal yang sehat dikarnakan menjijikkan atau najis.
Sedangkan menurut imam al- Razi رجس menurut bahasa adalah setiap perkara yang dianggap tidak layak dari setip perbuatan. Dikatakanرجس الرجل رجسا apabila dia mengerjakan suatu yang tidak layak dikerjakan. Dan kalimat diatas diambil dari kata رجس dengan dibaca fathah Ra'nya yang artinya, suara yang keras. Dikatakan سحاب رجاس bila mendung itu disertai dengan petir yang suaranya keras
Sedangkan penyebab turunnya ayat ini terdapat banyak riwayat yang telah disebutkan oleh para Mufassir dan diantaranya adalah : riwayat yang berada didalam kitab Shohih Muslim dari Sa'ad Bin Abi Waqas, beliau berkata: turun beberapa ayat untukku, beliau berkata dalam riwayat ini : " aku mendatangi golongan dari kaum Anhsor, kemudian golongan Anshor memanggilku " hai Sa'ad kesini makan, minum ini khomar kami persembahkan untuk kamu, dan kejadian ini terjadi sebelum khomer diharamkan, beliu meneruskan riwayatnya , " kemudian aku mendatangi mereka kaum Ansor di suatu perkebunan di sana aku temukan kepala Sapi yang sudah dipanggang, dan minuman dari khomer, beliua meneruskan riwayatnya kembali " kemudian aku makan dan minum bersama mereka " di tempat itu aku mengatakan : " kaum Muhajirin itu lebih begus dari pada kaum Anshor, kemudian satu di antara mereka kaum Anshor datang menghampiri aku dan memukulku hingga hidungku terluka, kemudian aku mendatangi Rasulullah mengabarkan kejadian yang menimpaku tersebut, kemudian turunlah ayat di atas
 ( ياأيها الذين أمنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه )

Minggu, 14 Maret 2010

SALAM KENAL


ASSALAMU ALAIKUM WR. WB

salam kenal dari Achmad jamhuri Urais